Rabu, 20 Januari 2010

RENI (cerpen)




Reni, anakku semata wayang, bermata bulat dengan wajah sayu. Parasnya juga lembut dan ayu. Reni..sudah kutinggal sejak usia 5 tahun, aku bercerai dari bapaknya dan sekarang Ia diasuh oleh ibu tirinya sedangkan aku merantau ke Kalimantan.

Setelah remaja ia kerap menelponku minta uang jajan, beli, bedak beli baju, kuiyakan saja permintaanya, meskipun hasil jualan dari warung nasiku tak seberapa, tapi aku kasihan dengan anak itu,aku ingin membuatnya bahagia, seperti anak anak remaja lainnya.

Hari ini Reni genap berusia 16tahun, "Bu, belikan aku sepatu ya" celotehnya ditelepon. Aku heran, baru kali ini ia minta sepatu, sebenarnya aku ingin menanyakan, apa ia ingin melanjutkan ke jenjang kuliah atau ingin langsung bekerja, tapi tampaknya ia lebih tertarik membicarakan sepatu, gaun model terbaru dan malah ingin mengecat rambut jadi merah, katanya.

Dua bulan setelah anakku lulus sma, aku memutuskan pulang ke Lampung. Dengan mengumpulkan uang hasil berjualan nasi di pasar, aku ingin bertemu langsung dengan Reni dan mungkin juga dengan bapaknya, membicarakan masalah studi Reni, aku ingin ia jadi sarjana.

Reni ga tinggal dirumah ini lagi! Minggat!. Aku tercekat, seorang wanita berpakaian mini, menyongsongku dengan sinis di depan rumah begitu aku menanyakan soal anakku. Kamu ibunya Reni kan? Wanita itu menatapku dari ujung kaki sampai ujung kepala. Aku tertegun, mungkin ini ibu tirinya Reni, pikirku. Dengar ya, anakmu itu sudah sebulan ga pulang pulang, aku pusing mengurusnya!, anak penjual nasi tapi tak tau diri, pulang sekolah kerjanya kelayapan di tempat karaoke...

Reni..reni...anakku semata wayang,aku dengar dari tetangga tetangga kalau anakku sekarang tinggal di kompleks pelacuran. Mungkin ia tak ingin seperti ibunya, miskin dan hidup sendiri, Aku tak pernah mencari anakku, biarlah bagiku ia tetap menjadi gadis kecil yang lucu, sejak usia 5tahun, sejak kutinggal aku tak pernah melihatnya lagi...
__________________

Tidak ada komentar:

Posting Komentar